Sebanyak 50 orang warga SDL berdesak - desakan mencoba masuk ke dalam Gedung DPRD Muara Enim. (Herozi)

Sebanyak 50 orang warga SDL berdesak – desakan mencoba masuk ke dalam Gedung DPRD Muara Enim. (Herozi)

MuaraEnim, inilahmuaraenim.co.id — Kasus meninggalnya 3 orang di sekitar operasional PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) belum terang benderang alias belum diketahui akhir ceritanya alias masih kusut, pasca musibah yang telah terjadi enam hari lalu.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Muara Enim, kecewa dengan alasan Manajemen PGE yang tidak hadir dalam rapat di Ruang Rapat DPRD Muara Enim, Senin (10/9/2018), dengan alasan belum selesai hasil investigasi meninggalnya 3 orang pegawainya yang berasal dari Kecamatan Semendo Darat Laut (SDL) belum lama ini.

Indra Gani, Wakil Ketua Komisi II, mengaku kecewa lantaran Manajemen PGE yang ditunggu – tunggu untuk membuat keputusan atau kebijakan akan kasus diatas tidak hadir. Padahal, undangan resmi sudah dilayangkan.

Apalagi diperparah, setelah diketahui tidak ada satupun data yang lengkap dari perusahaan baik dari sisi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan maupun BPJS Kesehatan hingga tidak ada data akurat dari tidak terlapornya ke Dinas Tenaga Kerja berapa jumlah tenaga kerja di PGE maupun subkontraktornya.

“Kalau tidak ada jaminan, dinyatakan aman oleh perusahaan, kami tidak mau terjadi hal sama. Apakah sudah ada kewajiban perusahaan kepada karyawan atau ke karyawan yang meninggal. Diminta perusahaan ditutup,” tegas Indra.

Pimpinan Rapat, Mardiansyah, Ketua Komisi IV, mengatakan mengikuti mekanisme yang ada minimal 3 fraksi menyepakati untuk dibentuk panitia khusus (pansus), prinsipinya Dewan menyepakati dibentuk pansus kasus tersebut dengan melibatkan sejumlah pihak seperti Disnaker, Perizinan, Dinkes dan Dinas Lingkungan Hidup.

“Senin 17 September nanti kita jadwalkan panggil ulang PGE,” ujarnya.

Disisi lain sebanyak 50 orang warga Kecamatan Semendo Darat Laut (SDL) menyerbu alias melakukan aksi demo meminta kejelasan sikap DPRD Muara Enim terhadap kasus meninggalnya 3 orang di wilayah kerja PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Kecamatan Semendo Darat Laut (SDL) belum lama ini.

Ketua Pemangku Adat SDL, Haji Taslim, mengatakan dirinya sudah bertemu dengan pihak korban, hingga saat ini belum ada tanggung jawab dari perusahaan dalam bentuk apapun kepada keluarga korban. “Apa itu bentuknya dana sosial dan lain – lain belum datang dari perusahaan,” kata Ibrahim.

Lanjutnya, warga meminta agar operasional PT PGE dihentikan sampai ada kejelasan tanggung jawab dari PT PGE.

“Perusahaan sudah memakan korban, jangan beraktifitas dulu, jangan ada operasi. Dan bila sudah ada kejelasan tanggung jawab dari PT PGE, kami (warga) meminta sedekah dusun atau tolak balak agar tidak terjadi lagi seperti kejadian meninggalnya 3 orang warga Semendo,” ungkap Ibrahim didampingi Kepala Desa Muara Dua, Efran.

Ditambahkan warga lainnya, Nizomi, menegaskan bila dalam 2 minggu kedepan tidak terbentuk panitia khusus (pansus) DPRD Muara Enim guna menyelesaikan masalah diatas. “Maka jangan disalahkan, akan ada people power, warga akan bergerak ke PGE. Sebab, warga bukan mencari kesalahan tapi mencari kebenaran,” tegas Nizomi.

Terkait tewasnya 3 orang di sekitar operasional PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) di Kecamatan Semendo Darat Laut (SDL) belum lama ini. Pihak kepolisian menyimpulkan kasus ini, diakibatkan dari racun yang dikeluarkan oleh mesin genset milik PGE.

Hal diatas dikemukakan Kapolsek Semendo, AKP Nusirwan dalam rapat dengan DPRD Muara Enim, di Ruang Rapat DPRD Muara Enim, Senin (10/9).

Diuraikan Nusirwan kronologis kejadian tepatnya pada malam Sabtu 7 September saat hujan lebat, pada paginya di PGE ada 2 jenazah yang langsung dibawa ke Puskesmas Pulau Panggung. Kemudian, personel Polsek Semendo bersama Tim Inafis Polres Muara Enim dan dari Pihak PGE melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

“Kesimpulan penyebab kematian kedua korban akibat terisap genset yang jaraknya dua meter dari kamar mereka (korban,red). Meski dihadang besi tapi banyak celah hingga terisap gas beracun dari genset,” jelas Nusirwan.

Keesokan harinya, dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) yang didampingi Polsek dan PGE melakukan penyelidikan dan serangkaian uji coba terhadap mesin genset. Setelah dipraktekan, dengan dihidupkan mesin genset memakai 2 botol minyak bensin beberapa jam didapat bercak dinding dan dicek kadar racun diluar ambang batas bahkan mencapai 2 ribuan ppm.

“Menurut Pihak ESDM sifat racun dari genset bisa menyebabkan kantuk, tidak berasa, tidak sadar bahkan bisa menyebabkan meninggal dunia,” papar Nusirwan.

Lanjut Kapolsek, satu korban lagi, disimpulkan meninggal setelah dikroacek kepihak kerabat duka ternyata kena penyakit hipertensi, diperkuat dengan keberadaan korban 3-4 kilometer dari lokasi perusahaan.

“Jadi sepakat bahwa 2 sekurity yang meninggal akibat dari racun genset yang diakibatkan dari kecerobohan perusahaan, bukan dari sebab lain apalagi dari gas bumi. Kasus ini masih dalam penyelidikan dan penyidikan langsung ditangani di tingkat Polres,” ungkap Kapolsek Semendo AKP Nusirwan.

Ditambahkan Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (LH) Pemerintah Kabupaten Muara Enim, Silfiana Dewi, membenarkan tidak ada laporan dari PT PGE terkait uji kualitas mesin genset.

“Seharusnya pihak perusahaan yang memiliki mesin genset harus memberikan laporan
6 bulan sekali terkait kualitas udara dan mesin genset kepada Dinas LH,” ujar Silfi. (Herozi)

Tinggalkan Balasan